Peran Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi
Peran Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi
Sama seperti seorang dokter, seorang guru juga akan berada dalam situasi yang
mungkin serupa. Saat ia mengajar, ia akan mendasarkan praktiknya pada
pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki yang berhubungan dengan mata
pelajaran yang ia ampu dan ilmu pedagogi. Namun demikian, ia juga harus
membangun komunikasi dan kepercayaan murid-muridnya, agar muridmuridnya
tersebut mau mengikuti instruksi dan saran-saran yang ia berikan.
Tanpa membangun rasa percaya dan komunikasi yang baik, tidak akan terjadi
hubungan positif antara murid dan guru, sehingga akan sulit bagi guru untuk
memotivasi murid untuk mencapai tujuannya. Baik guru maupun dokter
sebenarnya sama-sama melakukan asesmen. Lewat proses asesmen ini, Dokter
akan menghasilkan diagnosa tentang pasiennya sedangkan guru akan
menemukan kebutuhan belajar muridnya.
Guru juga perlu berkomunikasi dan membangun hubungan saling percaya dengan
murid-muridnya untuk mengetahui perasaan, latar belakang, keinginan, minat
dari murid-muridnya. Kesemua informasi tersebut kemudian akan digunakan
oleh guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai untuk murid-murid
mereka, dengan harapan murid-murid akan merespon dengan baik pembelajaran
yang telah dirancangnya. Proses mengidentifikasi kebutuhan murid inilah yang
terkadang terlewat dilakukan oleh guru. Padahal, sama seperti seorang dokter, ia
tidak bisa meresepkan obat tanpa diagnosis. Demikian pula seharusnya seorang
guru. Tanpa mengetahui kebutuhan belajar murid, akan sulit baginya untuk bisa
memberikan pengalaman belajar yang tepat untuk murid-muridnya.
Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, proses penilaian memegang peranan
yang sangat penting. Guru diharapkan memiliki pemahaman yang berkembang
secara terus menerus tentang kemajuan akademik murid-muridnya agar ia bisa
merencanakan pembelajaran sesuai dengan kemajuan tersebut. Guru diharapkan
dapat mengetahui dimana posisi murid-muridnya saat mereka akan belajar dan
mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ini tentunya akan
berbeda-beda untuk setiap murid, untuk setiap mata pelajaran, untuk setiap
materi, dan bahkan untuk setiap waktu, karena kondisi psikologis dan
kemampuan seorang anak mungkin saja berbeda dari waktu ke waktu. Penilaian,
dalam hal ini akan berfungsi seperti sebuah kompas yang mengarahkan dalam
praktik pembelajaran berdiferensiasi.
Tomlinson & Moon (2013: 18) mengatakan bahwa penilaian adalah proses
mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan
membantu pengambilan keputusan guru. Ini mencakup berbagai informasi yang
membantu guru untuk memahami murid mereka, memantau proses belajar
mengajar, dan membangun komunitas kelas yang efektif.
Di dalam kelas, kita dapat memandang penilaian dalam 3 perspektif:
1. Assessment for learning - Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya
proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk
melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian
formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (ongoing
assessment)
2. Assessment of learning - Penilaian yang dilaksanakan setelah proses
pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif
3. Assessment as learning - Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan
murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini
juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif.
Komentar
Posting Komentar