2.2.a.4. Eksplorasi Konsep - Modul 2.2
2.2.a.4. Eksplorasi
Konsep - Modul 2.2
PEMBELAJARAN SOSIAL
EMOSIONAL
Pembelajaran
sosial dan emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
seluruh komunitas sekolah dengan tujuan yaitu:
1)
Untuk memberikan pemahaman,
Penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi.
2)
Menetapkan dan mencapai tujuan
positif
3)
Merasakan dan menunjukkan empati
kepada orang lain
4)
membangun dan mempertahankan
hubungan yang positif
5)
membuat keputusan yang bertanggung
Pembelajaran sosial dan Emosional (PSE)
untuk mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, yaitu pembelajaran
yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih
lima Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE), yaitu:
1. kesadaran diri,
2. manajemen diri,
3. kesadaran sosial,
4. keterampilan berelasi, dan
5. pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Kesadaran akan proses
pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang
murid secara holistik
sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini
berawal dari teori
Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL
(Collaborative for
Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995
(www.casel.org)
sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE
berdasarkan
berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman
bersama sekelompok
pendidik, peneliti, dan pendamping anak. Pembelajaran sosial
emosional berbasis
penelitian ini, bertujuan untuk mendorong perkembangan anak
secara positif dengan
program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam
komunitas sekolah.
Secara lengkap, hasil
penelitian tentang manfaat penerapan pembelajaran sosial
dan emosional adalah
sebagai berikut:
Dengan mencermati
diagram hasil penelitian tentang Pembelajaran Sosial dan
Emosional, kita
semakin memahami urgensi penerapan pembelajaran sosial dan
emosional.
Mengintegrasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional di kelas, tidak hanya
akan berpotensi
menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik, namun juga
memberikan pondasi
yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area
kehidupan mereka di
luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being)
secara optimal.
Apa itu Well-being?
Sejak beberapa dekade
terakhir, well-being menjadi perhatian para praktisi
dan akademisi
pendidikan. Apa yang dimaksud dengan well-being?
Well-being berbeda
dengan welfare meskipun sama-sama diterjemahkan menjadi
“kesejahteraan” dalam
Bahasa Indonesia.
Menurut kamus Oxford
English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai
kondisi nyaman,
sehat, dan bahagia. Well-being adalah sebuah kondisi individu yang
memiliki sikap yang
positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat
keputusan dan
mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya
dengan menciptakan
dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup
dan membuat hidup
mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan
mengembangkan
dirinya.
Noble and McGrath
(2016) menyebutkan bahwa well-being murid yang
optimal adalah
keadaan emosional yang berkelanjutan (relatif stabil) yang ditandai
dengan: sikap dan
suasana hati yang secara umum positif, relasi yang positif dengan
sesama murid dan
guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang
tinggi berkaitan
dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.
B. Definisi Pembelajaran Sosial dan Emosional
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan
secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini
memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh
dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial
dan emosional agar dapat:
1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Kerangka kompetensi pembelajaran sosial dan emosional CASEL menggunakan pendekatan yang sistematis yang menekankan pada pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang tepat serta terkoordinasi untuk meningkatkan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional semua murid. Pendekatan pembelajaran sosial dan emosional melalui kemitraan/kerjasama sekolah-keluarga-komunitas untuk membentuk lingkungan belajar dan pengalaman yang bercirikan hubungan/relasi yang saling mempercayai dan berkolaborasi, kurikulum dan instruksi belajar yang jelas dan bermakna, dan evaluasi secara berkala.
Empat indikator dalam implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah, yaitu:
1) pengajaran eksplisit,
2) integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik,
3) penciptaan iklim kelas dan dan budaya sekolah,
4) dan penguatan PSE Pembelajaran Sosial dan Emosional pendidik dan tenaga kependidikan (pendidik dan tenaga kependidikan) di sekolah.
“Kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah yang baik, banyak airnya, dan mendapat sinar matahari yang cukup, maka pemeliharaan dari Bapak tani tentu akan menambah baiknya keadaan tanaman. Kalau tidak ada pemeliharaan, sedangkan keadaan tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau kekurangan air, maka biji jagung itu (walaupun dasarnya baik), tidak akan dapat tumbuh baik karena pengaruh keadaan. Sebaliknya kalau sebutir jagung tidak baik dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya oleh Bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik daripada biji lainnya yang juga tidak baik dasarnya.”
Ki Hajar Dewantara
Komentar
Posting Komentar